Banjarmasin, Mei 2013


Siang itu saya sedang menunggu pengumuman lomba jingle dari suatu perusahaan yang bergerak di bidang otomotif. Saya dan tim (JEF) sudah mempersiapkan untuk lomba tersebut secara sangat matang. Lagu sudah diciptakan seapik mungkin dan video jingle sudah dibuat dengan sangat niat (bahkan sampai membuat tokoh superhero).

Namun, saya merasa ada yang aneh, di situs daftar peserta lomba tersebut nama JEF tidak terdaftar, padahal kami sudah men-submit video tersebut 1 hari sebelum deadline. Dan benar saja, saat pengumuman 25 besar kami tidak masuk. Dengan maksud untuk konfirmasi saya mengirim message melalui facebook ke panitia penyelenggara. Singkat cerita, panitia tersebut membalas dan memberi tahu bahwa video yang kami kirim tidak bisa dibuka. Anehnya adalah, panitia tersebut menjanjikan di facebook-nya bahwa semua video yang dikirim sudah berhasil diterima dan dinilai. Tapi sudahlah, protes sekeras apapun juga tidak akan mengubah hasil, akhirnya kami menerima kenyataan tersebut dengan ikhlas walaupun sebenarnya kami sangat kecewa.


 Banjarmasin, Awal Juni 2013


"Ben, ada lomba jingle bank nih. Ikutan yuk!" kataku ketika melihat ada lomba Jingle di forum musik. "Eh, tapi ini jingle untuk bank Internasional, hadiahnya euro lagi."

"Mending tidak usah ikut, lomba nasional aja susah menangnya." jawab Eben yang aku aminkan.

Dan kami mengurungkan niat untuk mengikuti lomba tersebut karena kami tidak pede untuk mengikuti kompetisi Internasional, meskipun biasanya kami selalu bersemangat mengikut lomba tanpa peduli hasilnya. Mungkin, pada saat itu kami masih trauma mengikut lomba, karena pengalaman pahit susah payah berkarya tapi malah tidak dinilai pada kompetisi sebelumnya.


Banjarmasin, Akhir Juni 2013


"Ben, kita ikut aja lomba jingle Bank BNI London kemarin!" entah makhluk apa yang merasuki pikiranku untuk tetap tidak kapok mengikuti lomba.

"OK, bisa aja!" pucuk dicinta, ulampun tiba. Kami langsung mengonsep lagu untuk jingle bank tersebut.

Pada saat itu kami sedang keracunan lagu-lagu "We Are Young" Fun dan "Just Give Me a Reason" P!nk feat. Nate Ruess, sehingga kami berencana membuat jingle yang semacam lagu tersebut ditambah unsur-unsur british. Berikut ini adalah konsep awal jingle Bank BNI London yang diajukan Eben kepada saya:

 

Yang namanya inspirasi bisa datang dimana saja, Eben mendapatkan inspirasi nada tersebut ketika di jalan dan langsung merekam menggunakan HP-nya. Awalnya saya setuju dengan nada tersebut sebagai chorus jingle, tapi entah kenapa saya merasa masih kurang cocok. Untuk ukuran sebagai chorus, nada tersebut masih kurang "mengangkat" dan nada tersebut kurang bisa dibuat energik yang mencerminkan bank di London.

Saya teringat dengan tips membuat jingle yang ditulis oleh Pak Agus Hardiman dari Musiktek disini  yang menyebutkan bahwa untuk membuat jingle kita harus bisa membayangkan produknya. Sebagai bayangan tambahan mengenai jingle bank, kami mencari contoh jingle bank di youtube, dan kami menemukan video jingle bank ini:




Dari jingle bank tersebut hal yang paling menarik bagi saya adalah ketika bagian chorusnya ada pengulangan nama bank "Unity" yang dikemas dengan nada yang catchy. Kami berencana melakukan hal yang sama pada jingle kami, yaitu membuat nama BNI yang diulang-ulang di bagian chorus.

Setelah beberapa hari, kami akhirnya berhasil mendapatkan nada yang baru untuk menggantikan chorus lama yang diajukan Eben sebeumnya. Kali ini Eben memiliki usul untuk menambahkan part bagian banyak orang bernyanyi bersama tapi ada unsur etnisnya, dan jadilah bagian "eaaaaa eoooo waaa" di lagu ini. Seperti inilah demo kedua kami:


Saya langsung merasa cocok dengan chorus yang ditawarkan Eben saat itu setelah sebelumnya saya selalu protes "nadanya kurang mengangkat!". Kami mulai menulis lirik lagu untuk bank tersebut, meskipun pada awalnya terasa sangat canggung untuk menulis lirik bahasa Inggris. Untuk lirik bagian chorus, kami menggunakan motto bank BNI London yaitu "We bring you to the world, and the world to you", kedengarannya saja sudah keren. Lalu, untuk bagian verse pertama dan kedua kami mencari inspirasi dari situ bank BNI London, dan mulai mengira-ngira apa lirik yang cocok.

When I see into the future 
I just hope a better future in my hand
I need someone who cares with me
And someone who can understand
Dan lirik verse-pun mengalir tiba-tiba di kepala kami, setelah berkali-kali mengalami bongkar pasang lirik karena tidak nyaman untuk dinyanyikan.


 

Jakarta, Awal Juli 2013


Libur semester kali ini saya memilih ke Jakarta untuk menghabiskan waktu. Masalah jingle BNI, kami berencana akan kami lanjutkan setelah saya pulang dari Jakarta karena memang deadline lomba tersebut sampai bulan Agustus.

Berhubung saya merasa ilmu produksi musik yang saya miliki masih teramat sangat kurang, saya mencari info di internet mengenai sekolah musik yang menyediakan kursus. Dan pilihan saya jatuh ke Sekolah MusikTek di Jakarta di kelas Advanced Music Production. Kelas yang seharusnya memakan waktu 3 bulan, saya nego untuk diperpendek menjadi 2 minggu, dengan konsekuensi pertemuan setiap harinya dan 1 pertemuan memakan waktu sekitar 3-5 jam. Kebetulan pengajar saya, Pak Agus Hardiman cukup fleksibel sehingga saya cukup enjoy dengan setiap pertemuan meskipun berlangsung lama.

Tentunya banyak sekali problem-problem yang saya hadapi ketika proses pembelajaran, salah satunya adalah jarak tempat saya tinggal di Jakarta dan tempat kursus yang sangat jauh (PP taksi sehari bisa menghabiskan 200 ribu, ditambah dengan stressnya menghadapi kemacetan ibu kota). Hampir setiap hari saya selalu nyasar sebelum akhirnya bisa sampai di tempat kursus. Pada saat itu sedang bulan ramadhan, dan Pak Agus minta saya datang jam 6, sehingga usai sahur dan shubuh saya langsung berangkat menuju ke tempat kursus dan belajar dalam keadaan ngantuk yang sangat parah.

Banjarmasin, Akhir Juli 2013


Waktu sudah semakin mepet, tanggal 15 Agustus adalah deadline untuk pengumpulan jingle BNI London, sedangkan kami saat itu belum merampungkan lagu. Saya berinsiatif untuk membuat aransemen lagu tersebut bernafaskan etnik modern mengingat BNI adalah bank dari Indonesia. Dan pilihan saya jatuh ke software gamelan. Akan tetapi, saat itu saya sama sekali tidak tahu scale untuk gamelan bali tersebut. Karena sedang malas untuk meng-googling atau mencari tahu di youtube, saya memakai insting saya untuk mencari scale gamelan bali dan akhirnya jadilah bagian intro lagu tersebut.

Eben yang mendengar intro yang saya buat langsung menyukainya, dan meminta untuk bagian chorus diisi dengan bagian gamelan yang sama seperti di intro. Di bagian tengah lagu, saya ingin menambahkan instrumen musik tambahan yang bisa memberi kesan etnis Indonesia, dan saya teringat jika Pak Agus ada membuat software angklung gratis yang bisa digunakan. Saya langsung  mencobanya dan ternyata, cocok! Saya juga menambahkan isian drum di bagian tengah lagu terinspirasi dari lagu 30 Seconds to Mars - Up in the Air.

Aransemen kasar lagu sudah selesai, kami berangkat ke Banjarbaru untuk meminta bantuan teman kami, Damar dalam membuatkan drumnya karena drum versi kami masih belum tertata dengan rapi. Di perjalanan pulang, saya merasa jika bagian ending lagu tersebut masih kurang, karena ending lagu tersebut hanya seperti ending lagu biasa, yakni habis di kunci awal lagu. Saya ingin di bagian ending lagu tersebut, ada semacam harmonisasi dan part vokalnya mengambil nada yang tinggi sehingga terasa klimaks di bagian akhir lagu.

Hari demi hari berlalu tapi saya masih belum bisa menemukan ending yang cocok, hingga akhirnya saya memutuskan untuk menyalakan TV sebentar. Saat sedang mengganti-ganti acara TV, saya melihat acara lawakan yang menggunakan sinden dan alat musik gamelan lengkap. Sesaat sebelum break iklan, kelompok gamelan tersebut memainkan harmonisasi musik yang terdengar menarik, saya langsung membuka komputer dan mengotak-atik bayangan nada yang saya ingat dari menonton acara tersebut. Dan akhirnya, ending lagu tersebut-pun saya dapatkan dan Eben menyatakan setuju dengan ending-nya.

Berikut ini adalah hasil demo kami saat itu:


 

Banjarmasin, Awal Agustus 2013


Saya menghubungi Niluh, adik kelas saya di SMA yang menurut kami karakter vokalnya sangat cocok dengan jingle bank yang kami buat. Kebetulan Niluh adalah orang Bali, dan lagu tersebut menggunakan gamelan Bali sehingga terasa cocok. Niluh bersedia untuk menyanyikan lagu tersebut, dan kami langsung mengatur waktu untuk take vokal.

Sesaat setelah Niluh take vokal, yang saya dan Eben rasakan adalah.... takjub. Suara Niluh sangat bagus dan memasukkan improvisasi diluar dugaan kami yang sangat cantik di lagu tersebut. Terlebih di bagian chorus terakhir bait ke-2, Niluh menambahkan improv vokal yang menyerupai sinden. Kami sangat senang dengan hasil dari take vokal Niluh, dan melanjutkan merampungkan lagu.

Beberapa hari kemudian, dibantu oleh teman-teman saya di band The Leydig, Akbar mengisi part keyboard di lagu tersebut, sedangkan Eris, Adit, dan Saldy mengisi part intro yang berisi banyak orang menyanyi. Lucunya adalah, pada saat itu Adit terlalu bersemangat dalam men-take vokal, sehingga part yang seharusnya berbunyi "eaaaa eooooo waa" berubah menjadi: "eaaaaa eooooo WAKKK".



Banjarmasin, 10 Agustus 2013


Semua instrumen sudah selesai di take dan di mixing, disaat malam hari saya dan Eben sedang bersantai mendengarkan hasil lagu tersebut tiba-tiba saya berceletuk

"Ben, kamu sudah dengar jingle bank ICBC karya Eka Gustiwana? Ko bagus banget ya?" saya menyetel jingle tersebut di soundcloud Eka Gustiwana.


"Hm... Iya juga ya." balas Eben.

"Mungkin drumnya klo kita ganti jadi drum digital bagus juga kali ya!" jawabku. Dan kami menghabiskan larut malam mengganti drum yang sudah jadi dibuat Damar dengan drum digital. Drum digital menggunakan beat dan fill in yang lebih simple, sehingga kami tidak cukup kesusahan untuk membuatnya. Selain itu, kami juga dibantu oleh Adit dan Eris untuk membuat beat-nya.


 

Banjarmasin, 14 Agustus 2013 


Sehari menjelang deadline pengiriman lomba jingle, semua hal sudah diselesaikan. Lagu telah selesai di recording, mixing, dan mastering. Saya sudah mendapatkan e-mail konfirmasi dari panitia yang menyatakan telah menerima berkas yang saya kirimkan via e-mail beberapa hari sebelumnya.

Siang itu, sebuah pengumuman ditulis di website resmi panitia bahwa deadline akan diperpanjang hingga tanggal 20 Agustus 2013, dan peserta yang telah mengirimkan lagunya boleh melakukan revisi sebelum tanggal tersebut.

"Ya sudah, kita santai aja menunggu deadline-nya nanti." kata Eben ketika saya memberi kabar bahwa deadline diperpanjang.

Saya berulang kali mendengar hasil jingle yang telah saya buat untuk mencari kekurangan-kekurangannya. Entah kenapa, meskipun sudah mendapatkan ilmu dari pelajaran di MusikTek, saya merasa masih kurang dengan hasil mastering dari lagunya. Saya mencari ilmu tambahan lagi di youtube, dan membaca beberapa e-book mengenai tekhnik mastering.


Banjarmasin, 19 Agustus 2013


Tepat sehari sebelum deadline, saya mengirimkan hasil revisi terbaru saya ke e-mail panitia. Semuanya sudah beres. Dan saya tidak memikirkan bagaimana hasil jingle tersebut nanti, apakah akan menang atau kalah, karena kami dari awal memang mengikuti lomba tersebut karena kecintaan kami pada musik.

Dan inilah hasil akhir lagu tersebut, yang menurut saya memakan waktu, tenaga, dan revisi terlama dari sekian banyak lagu yang kami buat untuk mengikuti lomba. Selamat mendengarkan!


"Karya yang baik adalah karya yang kaya akan referensi dan revisi." -JEF