Den Haag, 16 September 2013, 05:00 AM


Hari masih sangat pagi, namun saya sudah bersiap-siap untuk check out meskipun penerbangan saya pada pukul 9 pagi. Setelah mengecek semua kelengkapan, saya menuju lobi hotel. Resepsionis hotel saat itu sedang tidak ada di tempat meskipun saya sudah memencet bel berulang kali. Saya melihat sekitar, rupanya di dapur restoran hotel pintunya terbuka dan seperti ada orang. Benar saja, rupanya resepsionis hotel tengah berada di dapur.

Setelah mengurus beberapa dokumen untuk check out, saya berjalan keluar menuju stasiun Den Haag Central. Hari masih sangat gelap dan toko-toko belum ada yang buka. Pemandangan yang saya lihat hanya beberapa orang pembersih jalanan dan seekor kucing liar. Ya, untuk pertama kalinya saya melihat seekor kucing di Belanda setelah sebelumnya selalu melihat anjing yang dibawa oleh pemiliknya.

Saya kemudian membeli tiket kereta sesuai instruksi yang diberikan dr. Alfi di hari sebelumnya. Kebetulan jadwal kereta bisa di akses menggunakan smartphone sehingga saya sudah bisa mengetahui kereta mana yang akan saya gunakan nanti.

Saya memasuki gerbong kereta setelah sebelumnya membeli tiket. Kali ini gerbong yang saya memasuki bertuliskan huruf "S" di jendelanya yang merupakan kepanjangan dari "Silent". Penumpang gerbong tersebut diharuskan untuk tidak berisik selama berada di sana.

Suasana gerbong tersebut benar-benar hening. Orang-orang sibuk membaca koran atau hanya duduk diam. Sepasang abege wanita masuk dan duduk di dekat saya, kemudian mengeluarkan gadgetnyaa. Diam-diam saya mengintip apa yang sedang ia buka di gadgetnya, dan ternyata ia tengah asyik memainkan game Candy Crush Saga.

Kereta saya melaju melewati sebuah terowongan sehingga suasana menjadi lebih gelap. Dan akhirnya saya tiba di stasiun bandara Schiphol. Karena waktu keberangkatan masih sekitar 2 jam lagi, saya menghabiskan waktu dengan makan pagi di Burger Kings. Saya kemudian keluar bandara sekedar untuk duduk dan menikmati pemandangan.

Pemandangan dari luar Bandara

Di tengah keasyikan saya menikmati pemandangan, tiba-tiba saya di kagetkan dengan seekor anjing yang berada tepat di hadapan saya.

"Sorry." ucap pemilik anjing itu sambil menarik tali di lehernya. Entahlah apa penyebab anjing tersebut menghampiri saya.

Setelah menghabiskan makan pagi dan bersantai-santai sejenak, saya melanjutkan check in keberangkatan dan menuju ke ruang tunggu. Sebelum masuk ke ruang tunggu, seperti biasa harus dilakukan pemeriksaan ekstra ketat terlebih dahulu. Bahkan cleaning service yang akan membersihkan ruangan juga dilakukan pemeriksaan yang sama seperti penumpang pesawat.

Pesawat sudah siap untuk lepas landas. Saya memasuki pesawat dan mendapatkan tempat duduk di tengah pada baris belakang. Di sebelah saya ada satu kursi kosong, seorang ibu-ibu Indonesia berumur 50-an datang dan duduk di samping saya.

"Wah, syukurlah di sebelah saya orang Indonesia juga. Saya sempat takut duduk sebelahan dengan bule." ucap ibu tersebut ke saya.

Sepanjang perjalanan saya dan ibu itu banyak berbicara. Ibu itu tinggal di Jakarta dan sedang mendatangi anaknya yang bekerja di Amsterdam. Di tengah-tengah penerbangan, ibu tersebut meminum beberapa tablet obat.

"Saya ini sebenernya sakit sudah lama. Disuruh sama dokter operasi, tapi saya gak mau. Biar aja-lah kan udah tua juga, sebentar lagi juga meninggal." cerita ibu itu.

Naluri mahasiswa kedokteran saya pun muncul. Saya mencoba untuk menjelaskan berbagai hal mengenai bahaya penyakitnya jika tidak ditangani dan memberikan dukungan untuk tidak putus asa.

"Tuhan rupanya masih sayang dengan saya. Duduk di pesawat eh sebelahan sama calon dokter." balasnya.

Saya hanya tertawa-tawa kecil. Sepanjang 18 jam perjalanan kali ini saya lebih banyak mengisi untuk tidur dan terkadang berbicara-bicara dengan ibu tersebut.

Banjarmasin, Akhir September 2013


Saya sedang menghabiskan waktu di Gramedia Banjarmasin. Saya menuju rak buku motivasi, salah satu rak buku favorit saya. Disana saya menemukan sebuah buku dengan cover seseorang yang tidak asing lagi.


Buku berjudul "Anak Dusun Keliling Dunia" itu ditulis oleh I Made Andi Arsana, yang merupakan salah satu peserta konferensi ICID 2013 kemarin. Saya langsung membelinya dan membaca habis dalam beberapa hari. Di buku tersebut beliau bercerita mengenai pengalamannya presentasi di berbagai konferensi Internasional, dan beliau juga memberkan rahasia dibalik kehebatannya dalam berpresentasi, yaitu latihan, latihan, dan latihan.

Buku Pak Made menjawab pertanyaan saya tentang mengapa ada orang yang sangat hebat ketika melakukan suatu hal. Jawaban orang tersebut ketika ditanya kunci kemampuannya pastinya tetap sama, yaitu latihan.

sumber: solecollector.com
---

Saya ditelpon oleh Bu Anis untuk menghadiri acara Dies Natalis UNLAM yang diadakan hari sabtu nanti selaku mahasiswa berprestasi. Saya dan Eben berangkat bersama untuk menghadiri acara yang dilaksanakan di Gedung Sultan Suriansyah itu. Acara tersebut dihadiri oleh beberapa orang penting mulai dari Rektor, Pembantu Rektor, Gubernur Kalsel, hingga Wamendikbud.

Pukul 10 pagi saya dan Eben sudah duduk manis di kursi yang diletakkan di depan panggung. Acara dimulai oleh beberapa sambutan dari para petinggi. Saat Rektor UNLAM, Prof. M. Ruslan menyampaikan sambutan, beliau menyebut-nyebut nama kami. "Jadi, prestasi UNLAM ini sudah sampai ke Internasional. Kemarin baru saja mahasiswa kami menjadi juara 1 lomba BNI London Jingle Competition tingkat Internasional dan diundang ke Den Haag." papar beliau.

Saya dan Eben sontak tertawa mendengarnya. Kami tidak pernah menyangka prestasi mahasiswa di bidang non-akademik bisa dibanggakan oleh universitas. Sebelumnya kami hanya mahasiswa biasa, yang bahkan oleh pembantu dekan fakultas sendiri tidak dikenal karena bukan mahasiswa yang menonjol. OK ralat sedikit, mungkin Eben cukup dikenal oleh pembantu dekan fakultasnya karena pernah ke kampus mengenakan celana pendek (peace yo ben).

Kemudian kami dipanggil untuk menuju ke panggung guna menerima hadiah dari pihak UNLAM. Selain kami, ada beberapa mahasiswa lain dengan prestasinya masing-masing yang juga dipanggil. 

"Jangan nilai isi hadiahnya, yang penting kan penghargaan sudah majunya." begitu pesan Bu Anis kepada saya.

---

Pengalaman berada di Belanda selama 5 hari memiliki kesan tersendiri bagi saya. Ada beberapa point pelajaran penting yang saya petik selama berada di sana. Berikut hal-hal tersebut:

1. Bahasa Inggris itu Penting

Sudah tidak bisa dipungkiri bahasa Inggris selaku bahasa Internasional memang sangat penting. Selama mengikuti konferensi, saya melihat ada beberapa orang yang kesulitan berbahasa Inggris sehingga presentasinya tidak lancar, dan menjawab pertanyaan agak kesusahan. Hasilnya? Sudah tentu ia tidak mendapatkan hasil yang terbaik.

Dulu, saya merupakan manusia yang nyinyir terhadap orang yang sering menggunakan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-harinya. Namun sekarang saya tersadar, cara untuk menyerap ilmu bahasa Inggris yang paling baik itu melalui praktik langsung seperti yang pernah Masyhadul katakan kepada saya mengenai rahasia lancar berbahasa Inggrisnya. Sekarang, setiap hari saya selalu berusaha untuk rutin membuka website berita berbahasa Inggris untuk melatih kemampuan.

2. Dibalik Hasil yang Baik ada Proses yang Panjang

Proses, sebuah kegiatan dibelakang layar yang sering tidak dilihat orang. Seperti yang sudah saya tuliskan sebelumnya, melihat dari kehebatan Pak Made Andi dalam berpresentasi semakin meyakinkan saya jika dibalik hasil yang hebat ada proses yang panjang.

Jangan pernah mudah menyerah ketika mengikuti kompetisi. Semakin banyak kegagalan, semakin banyak pengalaman yang kita dapat. Akan tetapi kegagalan yang baik itu ketika kita mengintrospeksi diri penyebab dari kegagalan dan memperbaikinya untuk masa yang akan datang.

sumber: livebyquotes.com

3. Pentingnya Kemandirian

Malam terakhir ketika saya makan di restoran KFC Belanda membuka pikiran saya untuk menjadi pribadi yang lebih mandiri. Mandiri dalam hal yang besar itu diawali oleh mandiri dalam hal yang kecil. Kita tidak pernah mengetahui kemandirian kita dalam hal yang kecil sebenarnya sudah cukup membantu meringankan beban pekerjaan orang lain.

4. Berkarya, Kunci Keberhasilan

Karena manusia itu tidak abadi, ada baiknya kita untuk terus berkarya. Berkarya tanpa peduli bagaimana hasilnya, apakah itu akan jelek atau baik. Selama kita menikmati proses berkarya tersebut dengan diiringi latihan, maka suatu saat akan tiba saatnya karya tersebut memberikan hasil bagi kita.

Oiya, untuk kunci saya dalam berkarya ada dalam 3 huruf, yakni ATM.
A = Amati
Amati beberapa hasil karya seseorang yang memang ahli.
T =  Tiru
Tiru bagaimana karya seseorang tersebut. Yang terpenting adalah harus mengamati dan meniru banyak karya, bukan hanya berlandaskan satu karya saja.
M = Modifikasi
Modifikasi-lah karya yang sudah diamati dan ditiru supaya menjadikan satu karya yang original tanpa menjadi plagiat.

---

Sekian postingan JEF's Journey to Holland. Terima kasih untuk teman-teman yang sudah membaca  postingan ini dari awal sampai habis. Mohon tuliskan saran dan kritik teman-teman mengenai tulisan saya di kolom komen supaya saya bisa belajar dari kekurangan. Salam.

Di e-magz musik nasional: Artsonica

Koran Metro Banjar edisi 6 November 2013