Awal Mula, 2010


Di suatu siang hari, saya menyalakan TV dan beralih ke channel Global TV untuk menonton acara musik. Kebetulan saat itu sedang menayangkan acara MTV studio, di mana musisi yang diundang akan bermain musik secara live dan konsepnya dibuat santai. Bintang tamu acara saat itu antara lain: Barry Likumahuwa Project (BLP), Iwan Hasan, dan Jubing Kristianto.

Saat menonton BLP dan Iwan Hasan tampil saya masih sekedar terhibur saja, namun ketika giliran Jubing Kristianto tampil, penampilannya membuat saya terpaku di depan TV. Ia memainkan versi gitar klasik dari lagu anak "Hey Becak" yang diaransemen sedemikian rupa. Jari-jarinya asyik menari di atas fret gitar, dan ia tampak tersenyum lepas ketika memainkannya. Sebelumnya saya sudah pernah menonton orang bermain gitar klasik, namun bagi saya permainan Jubing sangat berbeda dengan yang lain.



"Belajar gitar klasik kayaknya rame, ya." pikirku setelah menonton atraksi Jubing. Saat itu saya baru lulus SMA dan sudah belajar gitar elektrik selama 5 tahun lebih.

Saya langsung mendaftarkan diri ke Alto Music School yang terletak tidak jauh dari rumah saya. Di sana saya berkenalan dengan pelatih gitar, Pak Udin. Beliau mengetes kemampuan saya dengan memberikan sebuah not lagu biasa. Karena saya sebelumnya sudah pernah belajar membaca not balok, saya tidak begitu kesulitan ketika diberikan lagu-lagu tingkat awal.

"Wah, kamu bagus juga mainnya." ucap Pak Udin bersemangat. "Musik itu bukan masalah bakat, tapi masalah kepintaran." Minggu-minggu selanjutnya saya datang lagi dan belajar hal baru. Sebenarnya jadwal belajar 1 murid dibatasi 30 menit, namun ketika saya belajar dengan beliau, kami bisa berlatih hingga 2 jam atau bahkan lebih. Saya senang karena mendapatkan guru yang tidak berorientasi pada uang ketika mengajar.

Suatu hari ketika saya sedang berlatih di Alto, saya dikenalkan dengan seorang lelaki berambut gondrong ala-ala anak jepang, namanya Agus. Umurnya selisih 1 tahun di bawah saya. Ia murid Pak Udin yang masuk 2 tahun lebih dulu dari saya. Saya melihatnya bermain gitar, dan ternyata ia sangat hebat memainkan lagu-lagu klasik. Kami berdua kemudian sering sharing bersama masalah gitar.

Satu notifikasi pertemanan masuk ke FB saya. Seseorang yang bernama "Eza Pengen kEk BeeThoven" meng-add saya. Awalnya saya ingin me-reject pertemanan darinya karena tidak merasa kenal dengan sosok wanita tersebut. Namun, ketika saya perhatikan foto FB-nya dengan seksama, ternyata ia bukan wanita. Dan itu ternyata si Agus.

--

Tampil Perdana , 2011


Sekitar 6 bulan setelah saya belajar di Alto Music School, ada semacam konser private yang di adakan di kafe Alto. Konser tersebut akan diisi oleh penampilan murid-murid di sana, mulai dari drum, gitar, piano, biola, dan vokal. Saya diminta oleh Pak Udin untuk tampil membawakan lagu "Bouca Dance". Lagu tersebut cukup sulit, sehingga saya tidak pede memainkannya. Dan benar saja, saya tidak berhasil memainkan lagu tersebut dengan baik.

Terdapat perbedaan antara tampil bermain gitar klasik dengan band. Jika di band, saya akan bekerja sama dengan teman-teman yang lain, sehingga kesalahan saya masih bisa ditutup oleh teman. Sementara saat bermain gitar klasik solo, fokus permainan berada di diri saya sendiri. Jika saya salah, maka hancurlah sudah.

Agus berusaha menghibur saya, "Wajar masih salah-salah, namanya juga tampil perdana. Tapi tadi sudah lumayan, ko."

Saya tetap tidak puas meskipun sudah dihibur demikian, karena yang paling bisa menilai penampilan saat saya tampil adalah diri saya sendiri. Dan menurut saya, saya tampil buruk.

Bersama Agus, dan (deretan kiri) anak-anak murid gitar lainnya

--

Duet Perdana, 2011


Mendapatkan gitar klasik elektrik pertama setelah sebelumnya selalu meminjam gitar Agus

Pak Udin memberikan saya dan Agus not lagu yang berjudul "Lamentos del Viejo Gaucho". Lagu tersebut untuk dimainkan secara duet gitar. Kami mencoba menyimak not lagu tersebut dan hasilnya ternyata mengasyikkan. Di samping itu, Pak Udin juga memberikan kami not lagu berjudul "Per Tre Chitarra" yang dimainkan secara trio gitar, sehingga di lagu ini Pak Udin ikut bermain bersama kami.

Kami akan tampil di acara konser private alto minggu depan, sehingga kami menghabiskan waktu hingga malam di Alto untuk berlatih. Latihan saat itu cukup menyita waktu karena perlu kekompakan dari kami bertiga. Satu saja diantara kami salah atau keteteran, maka kami mengulang dari awal lagu kembali. Tampil dengan format duet dan trio kali ini tidak segugup saat tampil solo gitar klasik. Saya bermain dengan sangat enjoy bersama mereka.

Setelah penampilan tersebut, saya dan Agus berecana menambah lagu yang bertipe duet gitar lagi. Kami berlatih lagu Romance Flamenco yang dibawakan gitaris di youtube bernama Jesse L. Lagu tersebut sangat menarik karena merupakan aransemen ulang dari lagu Romance de Amour yang sangat terkenal di masyarakat luas.

Penampilan perdana kami membawakan lagu tersebut adalah ketika berada di Duta Mall Banjarmasin dalam rangka konser Alto sekaligus promosi di tempat umum. Sebelum kami tampil, ada murid-murid lain yang juga tampil. Tidak banyak orang yang memperhatikan ketika murid-murid tersebut sedang tampil. Kebetulan tempat tampilnya bukanlah di panggung, melainkan di lantai 3 di dekat XXI dan matahari, sehingga orang banyak yang hanya lalu lalang saja.

Saat tiba giliran kami tampil dan memulai lagu, beberapa orang tampak berhenti di hadapan kami. Mereka tampak memfoto dan mem-video penampilan. Saat lagu mencapai bagian tengah, sejauh mata saya memandang, penuh dengan orang-orang yang berhenti berjalan dan menonton kami! Saya sedikit kaget melihat respon penonton. Saat kami selesai tampil, penonton kemudian bergemuruh tepuk tangan.


Penampilan di DM bersama Agus

Beginilah situasi penonton saat kami tampil. Di foto ini, saya tampil solo tepat setelah tampil berduet membawakan lagu Doraemon yang diaransemen
Setelah penampilan yang terbilang sukses itu, saya dan Agus iseng-iseng membuat video lagu yang kami bawakan kemarin untuk di-upload ke youtube. Bermodalkan handycam dan lampu belajar (karena saat sedang take video, hari menjelang maghrib) kami kemudian memulai proses pembuatan video. Berikut ini adalah hasil video tersebut



--

Lomba Gitar Perdana 2012


Di perjalanan ketika menuju ke Duta Mall, saya melihat ada spanduk bertuliskan "Audisi Billboss Got Talent". Billboss adalah suatu kafe dan tempat billiard yang letaknya berada di lantai dasar Duta Mall Banjarmasin. Saya kemudian langsung mendatangi kafe tersebut dan bertanya-tanya ke panitia mengenai persyaratan lomba tersebut.

Setelah mendapatkan informasi mengenai lomba itu, saya menghubungi Agus dan mengajaknya untuk ikut. Di tahun 2011, Agus sempat mengikuti lomba Indonesia Mencari Bakat dan tembus sampai ke babak Jakarta untuk berhadapan dengan juri utama. Saat itu ia membawakan bakat bermain gitar sambil memainkan alat musik yang lainnya. Oleh karena itu, saya mengajak Agus yang pastinya sudah punya ide untuk mengikuti lomba pencarian bakat.

Agus bersedia mengikuti lomba itu, dan kami langsung latihan menyiapkan lagu untuk lomba nanti. Beberapa lagu lama ditambah dengan beberapa lagu baru yang kami aransemen sendiri telah kami siapakan. Total waktu lagu campuran tersebut mencapai 10 menit lebih. Kami menggunakan instrument tambahan, yakni castanets yang kami pasang di lantai dan dimainkan menggunakan kaki (yang aslinya dimainkan menggunakan tangan) dan tamborin mini yang kami ikat di pergelangan kaki.

Castanets. Sumber gambar: http://marbellamarbella.es

Kami dihubungi melalui telepon oleh panitia yang mengatakan bahwa kami mendapatkan nomor urut tampil 78 dari 82 peserta. Amat sangat terakhir. Beruntungnya adalah lomba tersebut dibagi menjadi 2 hari untuk waktu audisi, sehingga kami berasumsi 1 hari akan dibagi menjadi 40 peserta.

Sesuai hari yang ditentukan, kami datang menuju billboss pada pukul 8 malam.

"Mas, ini nomor urut berapa, ya?" tanya saya ke salah seorang panitia.

"Ini baru nomor urut 30."

"30? Maksudnya 30 itu, 30 di hari ini setelah di hari sebelumya sudah tampil 40 peserta kan?"

"Bukan, mas. Ya baru 30 yang tampil. Audisinya dijadikan 1 hari aja. Jadi hari ini ada 82 peserta yang akan tampil."

Checkmate. Saya tidak bisa membayangkan berapa lama kami akan menunggu giliran di sana. Saya berpikiran Duta Mall akan tutup pada pukul 11 malam, sehingga billboss pasti akan tutup juga dan sisa peserta akan dialihkan ke hari esok.

Waktu sudah menunjukkan pukul 11 lebih, namun belum ada tanda-tanda kafe tersebut tutup. Sepertinya ke-82 peserta audisi tersebut akan dihabiskan hari itu juga. Kami menunggu dengan sabar, sambil sesekali berlatih.

Tepat pukul setengah 2 malam, giliran kami hampir tiba. Ketiga juri yang duduk di depan panggung, terlihat mulai menguap dan asyik memainkan hape. Sistem penilain audisi itu adalah, setiap 10 peserta yang sudah tampil akan dipanggil ke panggung dan dinilai juri satu-persatu. Jika ketiga juri berkata "yes" maka peserta akan lanjut ke babak final, sementara jika satu saja juri yang berkata "no", maka kandaslah sudah jalan menuju final.

Kami berdua sempat sangat gugup, karena ada 10 rombongan peserta sebelum kami yang tidak satu pun melaju ke final. Di awal-awal, juri sempat bermurah hati memberikan yes ke peserta audisi. Mungkin juri sudah benar-benar bosan dengan para peserta yang kebanyakan menampilkan talent yang itu-itu saja: jika tidak menyanyi, main sulap, modelling, atau dancer.

Satu nomor sebelum kami, ada peserta dengan atraksi kuda lumping lengkap dengan aksesoris yang mistik. Orang yang duduk di sebelah saya mendadak menangis tersedu dan tidak merespon ketika diajak bicara temannya. Semua orang mendadak menjauhinya karena takut ia kesurupan.

"Baik, ini dia nomor selanjutnya. Dengan nomor urut 78, kita sambut Jefry and Agus!" ucap MC dengan suara bersemangat.
Kami langsung memasang alat-alat diatas panggung dibantu dengan kru acara yang bertugas. Suasana kafe saat itu sangat sepi. Hanya terdengar suara bola billiard menabrak bola lainnya sesekali dihiasi dengan suara jangkrik (entahlah darimana suara jangkrik tersebut berasal di ruangan kafe indoor). Bau asap rokok yang pekat semakin membuat suasana malam menjadi tidak nyaman.

Bagi saya hal ini menjadi suatu keuntungan. Berhubung kami berdua akan menampilkan talent bermain gitar klasik, otomatis diperlukan suasana yang sangat sepi dan khusyuk. Kami langsung memainkan lagu yang sudah kami persiapkan. Juri tampak hanya terdiam saja selama kami bermain. Penonton (yang hanya sedikit) tidak henti-hentinya memberikan tepuk tangan di setiap harmonisasi lagu yang kami mainkan. Berikut sedikit cuplikan video saat itu:



Semua peserta sudah tampil. Peserta dengan nomor urut 70-82 diminta naik kembali ke panggung untuk mengetahui keputusan juri. Ketika giliran kami tiba, kami sangat gugup dan khawatir tidak lolos. Namun ternyata kekhawatiran kami terjawab ketika ketiga juri dengan mantap memberi yes ke kami. Kami berhasil melaju ke babak final bersama sekitar 15 peserta yang lainnya.

Di Billboss setelah audisi selesai

Kami punya waktu 3 hari untuk mempersiapkan babak final. Selama waktu yang tersisa, kami merapikan permainan dan menambah aransemen ethnik di bagian awal. Kami memutuskan untuk menampilkan lagu yang sama, karena memang diperbolehkan.

Hari babak final tiba. Kami sudah stand by dari pukul 7 malam di Billboss untuk mendapatkan sedikit pengarahan dan penentuan nomor tampil. Kali ini kami mendapatkan nomor 5 dari 15 peserta. Kami senang karena mendapatkan nomor awal tidak seperti saat audisi.

Saat itu format acara sedikit diubah. Peserta yang tampil akan langsung diberikan komentar oleh ketiga juri.

"Maaf jika nanti komentar saya agak pedas." ucap seorang juri yang berambut tipis sebelum acara dimulai.

Dan benar saja, 4 peserta pertama rata-rata pasti ada salah satu dari juri yang mencela. Salah seorang peserta yang mengenakan pakaian sangat unik justru dicela habis-habisan oleh juri berambut tipis itu. Juri tersebut sepertinya pakar dalam masalah fashion.

Giliran kami tampil tiba. Kami tampil pada pukul 9 malam. Suasana kafe saat itu sangat penuh dan ramai. Setelah kami ada band dari salah satu universitas. Band tersebut membawa teman-teman di kampusnya sangat banyak. Selain itu ada juga talent band reggae yang akan tampil nanti dan membawa para pecinta reggae. Jumlah pecinta reggae tersebut juga sangat banyak dan berhambur di muka panggung untuk menunggu band tersebut tampil.

"Baik, peserta selanjutnya adalah yang sempat menggemparkan juri saat penampilan audisi kemarin. Mari kita sambut, Jefry and Agus!" teriak MC. MC tersebut berbeda dengan saat audisi kemarin. Entahlah ia tau darimana mengenai penampilan kami saat audisi.

Saat kami di atas panggung, suasana sangat berisik. Ketika kami mulai bermain pun suasana juga tetap berisik. Hanya sedikit penonton yang memperhatikan kami bermain. Konsentrasi saya menjadi terganggu, namun saya tetap berusaha maksimal untuk fokus ke permainan gitar. Sama halnya dengan Agus, ia tetap fokus bermain gitar meski situasi sangat ramai.



Setelah selesai tampil, tiba giliran juri untuk memberikan komentar penampilan kami. Saya khawatir jika juri akan mencela kami karena tidak tampil maksimal seperti saat audisi.

"Saya suka penampilannya."ucap juri berambut tipis itu. "cuman lain kali klo tampil celananya disamain aja, sama-sama bahan kain."

Kami tersenyum dan manggut-manggut saja. Komentar dari 2 juri yang lain juga positif tanpa ada kritik pedas.

"Kalian mengingatkan saya dengan pemain gitar si Jubing!" kata seorang juri wanita. "Memang ngefans ya?"

Saya langsung mengangguk setuju karena memang Jubing adalah salah satu motivasi saya belajar gitar klasik. Setelah ketiga juri memberikan komentar, kami dipersilahkan turun. Perasaan saya sangat lega karena mendapatkan pujian positif dari juri.


Kami kemudian menunggu semua peserta tampil sebelum akhirnya akan diumumkan jawara dari lomba itu. Lomba tersebut akan dibagi menjadi 6 pemenang, yakni 1 juara favorit dan 5 juara umum. Saat yang ditunggu-tunggu tiba, dan kami mendapatkan juara terakhir, alias juara 5. Awalnya kami sempat kecewa karena kami mengincar juara 1. Namun, kami tetap bersyukur berhasil juara 5 dari 82 peserta dengan berbagai bakat.


--

Video Contest, 2013


Sungha Jung akan konser di Indonesia dan mencari opening act-nya melalui kontes video. Sebuah info yang menarik perhatian saya karena lombanya hanya tinggal mengirim video saja. Dan kembali, saya mengajak Agus untuk mengikuti lomba ini.

Kami kemudian bertemu dan mengonsep lagu yang akan kami bawakan. Kami menggunakan sedikit part yang kami bawakan saat lomba di Billboss tahun lalu ditambah dengan mengaransemen lagu baru. Kami bereksperimen untuk meng-cover lagu yang sedang hits, Buka Dikit Joss.

Kali ini kami menggunakan alat yang lebih baik dari video cover yang kami buat sebelumnya. Handycam menggunakan yang lebih tajam dalam pengambilan gambar, dan suara gitar dihubungkan ke komputer agar bisa diberi efek tambahan dan mengurangi noise.

Setelah berlatih seminggu dan dibantu arahan oleh Pak Udin, maka kami selesai merampungkan medley sepanjang 5 menit itu. Kami kemudian memulai proses rekaman yang cukup memakan waktu di-instalasi alat. Kami mengulang take sebanyak lebih dari 5x karena sering salah ditengah permainan.



Saya menghitung di youtube, ada lebih dari 100 peserta yang mengikuti lomba video tersebut. Dari situ, akan dipilih 15 besar oleh panitia. Kabar baik menghampiri saya karena saya mendapatkan kabar via twitter jika video saya terpilih masuk 15 besar!


Dari 15 besar, akan dipilih langsung oleh Sungha Jung yang akan menjadi opening konsernya di Jakarta dan Bandung nanti. Namun sayang, kami tidak terpilih oleh Sungha Jung. Mungkin karena kami membawakan lagu ethnik Indonesia sementara ia tidak mengetahui lagu tersebut. :P

--

Berkarya Solo, 2012-dan terus berjalan


Sampai sekarang saya masih aktif mengulik lagu-lagu untuk dimainkan versi gitarnya. Beberapa lagu yang saya cover bisa didengarkan di soundcloud saya. Berikut beberapa lagu tersebut:



Untuk yang ingin mendengarkan karya cover gitar klasik saya yang terbaru bisa mem-follow saya di http://www.soundcloud.com/jefry3. Pada prinsipnya saya akan terus berkarya apa pun itu, karena bagi saya: jangan menunggu sempurna untuk berkarya, tampi sempurnakanlah sambil terus berkarya.