![]() |
pixabay.com |
“Saya
minta obat serbuk racikan puskesmas yang biasa ya, dok. Kemarin saya habis dari
dokter spesialis anak, ternyata obatnya
gak manjur!” pinta ibu paruh baya
dihadapan saya yang membawa anaknya berusia 3 tahun.
“Sebentar,
bu. Saya periksa dulu ya anaknya,” jawab
saya.
“Saya boleh lihat obat
yang diberikan dokter spesialis anak kemarin?”
Beberapa
saat kemudian ibu itu mengeluarkan sebuah plastik berisikan beberapa botol obat
sirup yang telah diminum anaknya. Ada obat antibiotik, vitamin, dan obat batuk pilek.
Dari labelnya terlihat bahwa obat tersebut merupakan obat bermerk yang cukup
mahal harganya.
Saya
menjadi heran. Bukan hanya satu kali, namun beberapa kali saya menemui kasus
seperti ini. Seorang pasien datang ke puskesmas untuk meminta obat di puskesmas
setelah sebelumnya berobat ke dokter spesialis, yang notabene secara keilmuan
berada di atas saya yang masih menjadi seorang dokter umum.
Obat
serbuk racikan yang ibu tadi minta juga sebenarnya tidak ada yang spesial. Isinya hanya gabungan beberapa
komposisi obat untuk penurun panas, batuk, dan pilek yang telah diatur
dosisnya. Saya pun menjelaskan ke pasien tersebut mengenai obat yang diberikan
dokter spesialis tadi sudah tepat dan tidak perlu diganti, hanya saja untuk
proses penyembuhan memerlukan waktu. Namun,
ibu itu tetap ngotot untuk diberikan serbuk “ajaib” puskesmas.
Sebenarnya
salah satu obat terbaik dari seorang dokter ke pasien adalah kepercayaan. Jika
seorang pasien memiliki rasa percaya yang tinggi terhadap dokternya, maka ia
akan menjadi lebih berpikir positif dan menuruti nasihat-nasihat dari dokter tersebut.
Hasil akhirnya adalah terapi yang diberikan
dapat bekerja secara maksimal.
Akan tetapi berbeda jika yang terjadi adalah hal sebaliknya. Ketika seorang pasien tidak
percaya dengan dokter yang menangani, maka bukan tidak mungkin pengobatan yang
telah diberikan seolah
menjadi tidak bermanfaat meskipun obat yang diberikan sudah tepat guna.
Dalam
dunia medis sendiri ada istilah yang bernaman efek plasebo. Plasebo merupakan
sebuah pil kosong tanpa kandungan senyawa
obat apapun, yang pada
sebagian
seseorang dapat memberikan efek perbaikan layaknya kinerja obat sungguhan.
Jika
plasebo merupakan obat kosong, lantas mengapa ia terkesan bisa memberikan dampak? Banyak hal yang
dapat menjelaskan hal ini, seperti: adanya sistem imun yang memerlukan waktu untuk bekerja
sehingga pada dasarnya penyakit tersebut memang sudah sembuh sendirinya, dan perubahan sistem di
otak karena psikis pasien yang berpikiran
positif sehingga ia merasa menjadi jauh
lebih baik dibanding sebelumnya.
Kedengaran
aneh tapi nyata adanya, begitulah efek plasebo. Hal ini juga menjadi jawaban
mengapa pengobatan alternatif yang tidak masuk akal (seolah) dapat menyembuhan
penyakit seseorang. Bagaimana mungkin sebuah batu yang dicelupkan ke air bisa
menyembuhkan berbagai penyakit, atau seorang ibu-ibu yang mengaku mendapat
ilham kemudian bisa menyembuhkan ratusan
penyakit
dengan metode yang tidak jelas.
Sangat
disayangkan di era sekarang ini banyak oknum
yang
mem-framing bahwa dokter berusaha
untuk mendapatkan materi sebanyak-banyaknya dari pasien. Sehingga banyak pasien yang
menjadi tidak percaya terhadap pengobatan dokter dan justru mempercayai
pengobatan alternatif.
Ketika satu orang merasa
pengobatan alternatif tersebut manjur, maka ia akan menyampaikan ke kerabat
lainnya sehingga lebih banyak lagi orang-orang yang percaya akan pengobatan
alternatif. Padahal seandainya mereka tahu, mereka sama saja seperti menenggak
pil plasebo semata.
0 Comments
Posting Komentar