![]() |
Ilustrasi Konser | pixabay.com |
Telinga
merupakan salah satu organ tubuh yang paling berharga bagi seorang musisi dan sound engineer. Hal ini dikarenakan anggota
tubuh tersebut berperan penting dalam setiap proses pekerjaan sehari-harinya, mulai
dari proses pembelajaran hingga penampilan. Sayangnya kesehatan telinga kurang
begitu diperhatikan oleh banyak pekerja musik, bahkan tidak jarang mereka baru
memeriksakan kesehatannya di saat gejala sudah semakin parah.
Studi
yang dilakukan di Iran pada musisi professional menunjukan 56% musisi mengalami
gejala seperti telinga berdenging (tinnitus)
ataupun nyeri telinga setelah sesi penampilan. Akan tetapi hanya 2,4% musisi
saja yang menggunakan secara rutin alat pelindung telinga. Sementara itu pada
pemeriksaan objektif dengan audiometri didapatkan musisi yang terjadi penurunan
pendengaran sebanyak 20%, namun hanya 7% saja yang merasakan ada gangguan
pendengaran secara subjektif. Hal ini menunjukkan bahwa musisi kurang menyadari
akan gangguan pendengaran, sehingga dapat menyebabkan penurunan pendengaran
menjadi semakin parah di kemudian hari.
Ada
2 penyebab terjadinya penurunan pendengaran tersering, yakni: Presbikusis dan Gangguan
Pendengaran Akibat Bising (GPAB). Presbikusis terjadi saat penurunan fungsi pendengaran
telinga yang disebabkan oleh meningkatnya usia, di mana sering terjadi pada
usia 65 tahun ke atas. Sedangkan GPAB terjadi pada orang-orang yang terpapar
bunyi nyaring (lebih dari 85 dBA) beberapa jam perhari dalam waktu yang lama
(5-20 tahun). Hal ini terjadi karena bunyi yang sangat nyaring dapat
menyebabkan kematian sel-sel rambut di koklea (bagian berbentuk seperti rumah siput
dalam telinga) yang berfungsi untuk menangkap gelombang suara dan
melanjutkannya ke otak.
Adapun
gejala dari GPAB antara lain: gangguan pendengaran mengenai kedua telinga,
penurunan pendengaran tidak hilang setelah paparan bising dihilangkan, dan penurunan
terjadi lebih banyak pada frekuensi tinggi (3000-6000 Hz). Ketika penurunan
pendengaran terjadi pada frekuensi tinggi, para penderita biasanya tidak
mengalami kesulitan ketika mendengar percakapan dalam kondisi sunyi, akan
tetapi gejala muncul saat penderita mendengar percakapan dengan bunyi background yang bising.
Dari
World Health Organization (WHO)
menyarankan untuk menjaga suara bising dari lingkungan di bawah dari 70 dBA
selama 24 jam agar menghindari terjadinya GPAB. Namun bagi para musisi yang
setiap harinya bekerja dengan dentuman nyaring instrument musik, hal ini
menjadi agak sulit. Para sound engineer
terpapar bising 85 dB saat me-mixing
dan mastering lagu menggunakan sound monitor, pada saat menggunakan headphone dengan volume maksimal kenyaringannya mencapai 105 dB, sedangkan pada saat
berada di konser musik kenyaringannya sebesar 110 dB.
Tentunya
semakin tinggi tingkat dB-nya, sebaiknya semakin sebentar pula durasi
mendengarkan bising tersebut untuk mencegah terjadi kerusakan pendengaran. Sayangnya,
para musisi tidak begitu memperhatikan kesehatan pendengarannya. Selain
terpapar bising dari kegiatan saat bermusik, banyak yang mendengarkan musik secara
nyaring saat sedang beristirahat dan terpapar bising suara nyaring lainnya dari
media lain dalam keseharian.
Tabel
Durasi Pajanan Aman Berdasarkan Nyaring Suara (Sumber: Centers for Disease Control and Prevention)
Sound Pressure Level (dB)
|
Durasi Pajanan Aman
|
115
|
~30 detik
|
112
|
~
1 menit
|
109
|
< 2 menit
|
106
|
<
4 menit
|
103
|
7.5 menit
|
100
|
15 menit
|
97
|
30 menit
|
94
|
1 jam
|
91
|
2 jam
|
88
|
4 jam
|
85
|
8 jam
|
82
|
16 jam
|
Salah
satu tindakan terbaik untuk menjaga fungsi pendengaran adalah dengan mengenali
tingkat kenyaringan dari suara yang kita dengar sehari-hari, baik saat sedang
berlatih, tampil, dan bekerja di depan monitor. Beberapa aplikasi di smartphone memiliki kemampuan untuk
mendeteksi tingkat kenyaringan di lingkungan sekitar kita meskipun tidak akurat
secara maksimal.
Jika
kita sudah mengidentifikasi tingkat kenyaringan dari lingkungan kita,
lakukanlah pengaturan waktu lama pajanan suara. Misal ketika kita sedang me-mixing dan mastering lagu dengan tingkat kekerasan 85 dB, batasilah untuk
mendengar maksimal selama 8 jam per hari. Atau jika kita sedang latihan dengan
durasi lama dalam sebuah ruangan dengan tingkat kekerasan 105 dB, maka
gunakanlah alat pelindung telinga seperti earplug
atau earmuff yang berguna
meminimalisir kekerasan bising yang masuk ke telinga.
![]() |
Earmuff | pixabay.com |
Yang
terpenting lagi adalah membatasi mendengarkan suara dengan volume nyaring di luar aktivitas bermusik. Salah satunya dengan
meminimalisir penggunaan headphone dan
mengatur volume pemutar media seperti
TV dan radio agar tidak terlalu nyaring saat sedang mendengarkannya.
Untuk
lebih amannya jika kita ingin mengetahui bagaimana fungsi pendengaran, lakukanlah
kontrol ke dokter spesialis Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher
(THT-KL) agar dilakukan pemeriksaan. Salah satu pemeriksaan yang dilakukan
untuk mengetahui fungsi pendengaran adalah dengan audiometri, di mana kita akan
mengetahui bagaimana fungsi pendengaran kita berdasarkan frekuensi-frekuensi
tertentu.
Berhubung
telinga adalah aset paling berharga dari para pekerja musik, maka perlakukanlah
dengan hati-hati dan seksama. Karena semahal apapun speaker yang kita punya atau sebagus apapun instrument yang kita
mainkan, hal itu seolah menjadi percuma ketika telinga kita mengalami gangguan
pendengaran.
1 Comments
Lucky Club Casino Site Review | Online Casino Games
BalasHapusLucky Club luckyclub casino site is an online casino powered by Microgaming Solutions that has been in operation since 2014. The site's developer, Microgaming, has
Posting Komentar