![]() |
sumber: pixabay.com |
Belakangan ini sedang tren diperbincangkan mengenai dampak dari Vitamin D terhadap tubuh manusia. Memang tidak bisa dipungkiri fungsi dari Vitamin D ada banyak sekali ke tubuh, mulai dari ke tulang, sistem imun, bahkan pada organ reproduksi pria.
Vitamin D
dengan kadar yang cukup akan membantu menjaga kadar hormon testosteron yang
optimal, jumlah konsentrasi sperma yang lebih baik, dan meningkatkan angka
kelahiran. Hal ini dikarenakan testis memiliki reseptor dari Vitamin D,
sehingga kadar Vitamin D yang normal diperlukan untuk bisa bekerja secara
optimal.
Penelitian
terkait COVID-19 dan Vitamin D sendiri sekarang cukup sering dilakukan, di mana
hasilnya menunjukkan bahwa kadar vitamin D yang rendah berkaitan dengan risiko
perburukan saat terinfeksi COVID-19.
Pertanyaan
selanjutnya adalah, apakah kita memerlukan suplementasi Vitamin D? Jawabannya
adalah, segera lakukan pemeriksaan kadar vitamin D dalam darah terlebih dahulu.
Jika ternyata hasilnya menunjukkan kadar kita rendah, maka kita sangat memerlukan
suplementasi tersebut.
Betul dengan
rutin berjemur, mengonsumsi ikan dan susu, dapat membantu membantu meningkatkan
Vitamin D pada tubuh kita secara alamiah. Namun, hal tersebut tidak menjamin
kadar Vitamin D pada tubuh kita sudah normal. Bahkan, data menunjukkan angka
kejadian kekurangan vitamin D bukan hanya ditemukan pada negara-negara yang
beriklim dingin, namun juga pada yang beriklim panas.
Hal ini
dikarenakan ada banyak faktor yang bisa mengakibatkan kurangnya Vitamin D pada
tubuh kita. Mulai dari gaya hidup sehari-hari yang membuat kita menjadi jarang
terpapar sinar matahari, penyerapan usus yang terganggu, obesitas, dan beberapa
penyakit juga obat-obat tertentu yang menurunkan kadar Vitamin D.
Pemeriksaan
Vitamin D yang dianjurkan sendiri adalah yang memeriksa kadar Vitamin D 25-OH. Adapun
untuk interpretasi kadar Vitamin D, adalah sebagai berikut (perhatikan satuan
yang digunakkan setiap laboratorium, dalam tulisan ini saya menggunakan satuan ng/mL):
•
< 10 ng/mL : kekurangan,
•
10–30 ng/mL : tidak cukup,
•
30–100 ng/mL : normal,
•
> 100 ng/mL : berlebihan.
Berapa
banyak jumlah dosis suplementasi Vitamin D akan bergantung pada kondisi
individu tertentu dan kadar Vitamin D dalam darahnya. Sehingga akan sangat
lebih bijak jika kita mengkonsultasikan hasil laboratorium tersebut dengan
dokter yang memahami agar mendapatkan terapi yang optimal.
Dan yang
perlu lebih diperhatikan lagi adalah monitor pemberian suplementasi dan bagaimana
kadar Vitamin D dalam jangka panjang. Idealnya kita bisa memeriksa kadar Vitamin
D setiap 2-3 bulan agar mendapatkan data yang akurat dan kita bisa
mengoptimalkannya.
Dengan kadar
vitamin D dalam tubuh yang optimal, maka harapannya diri kita bisa menjadi jauh
lebih sehat dan lebih baik lagi, terlebih di masa pandemi sekarang ini.
0 Comments
Posting Komentar